SUNAN MURIA

SUNAN  MURIA


Nama asli Sunan Muria, adalah Raden Prawoto, ada  yang mengatakan Raden Said. Tidak seperti kisah yang lebih tua ditulis lengkap oleh para penulis historiografi Jawa, kisah kehidupan Sunan Muria lebih banyak didasarkan pada cerita-cerita legenda yang berkembang secara lisan di tengah masyarakat  sekitar gunung Muria.

Mengenai silsilah Sunan Muria, terdapat perbedaan versi. Versi pertama bahwa Sunan Muria adalah  putra sulung Sunan Kalijaga dari pernikahan dengan Dewi Sarah putri Maulana Ishak. Menurut versi pertama ini, Sunan Muria dengan nama Raden Umar Said. Menurut versi kedua Sunan Muria putra Sunan Ngudung dari pernikahan dengan Dewi Syarifah, yang memiliki empat orang putra salah satunya adalah Raden Umar Said.

Kisah Raden Umar Said dalam menuntut ilmu juga tidak banyak didukung dari  sumber tertulis, tetapi lebih berdasarkan kepada cerita-cerita lisan bersifat legendaris. Namun dari cerita-cerita legendaris itu, terdapat kemiripan antara kisah Sunan Muria dengan kisah Sunan Kalijaga. Misalnya kalau Sunan Kalijaga diceritakan bertapa di sungai, Sunan Muria bertapa dengan mengapung pada aliran sungai (ngeli).

Dalam konteks keilmuan, dapat ditafsirkan bahwa Sunan Muria mempelajari ilmu pengetahuan agama maupun cara-cara berdakwah dari ayahnya sediri yaitu Sunan Kalijaga. Namun ada sumber lain bahwa Sunan Muria pernah berguru kepada Sunan Ngerang (Ki Ageng Ngerang) bersama-sama dengan Sunan Kudus dan Adipati Pethak Warak serta  dua bersaudara Kapa dan Gentiri.

Dalam melakukan dakwahnya, Sunan Muria mengikuti ayahnya, Tradisi keagamaan lama yang dianut masyarakat tidak dihilangkan, melainkan diberi warna Islam dan dikembangkan menjadi tradisi keagamaan baru yang khas Islam, seperti dtradisi bancakan tumpeng yang biasa dipersembahkan ke tempat-tempat angker diubah menjadi kenduri, yaitu mengirim doa kepada leluhur dengan menggunakan doa-doa Islam.

Sebagaimana Sunan Kalijaga, Sunan Muria menjalankan dakwah Islam melalui pendekatan budaya. Sunan Muria suka menggelar wayang kulit/purwa, sejumlah lakon carangan seperti lakon Dewa Ruci, Begawan Cptaning, Semar ambarang jantur, Jamus Kalimasada dll. Sunan Murya berhasil mengembangkan dakwah Islam di daerah Jepara, Tayu, Juwana bahkan sampai Kudus.

Sunan Muria wafat dimakamkan di salah satu puncak bukit di lereng gunung Muria, masuk Kecamatan Colo, kira-kira 18 Km di utara Kota Kudus.


060324

Sanggar Pasinaon Ngudi Kawruh.